Manugal
Manugal
Oleh: Aditiya Dwi Nurrachmat
(Mahasiswa Universitas Mercu Buana Yogyakarta)
Manusia
adalah mahluk social dan mahluk ekonomi. Sebagai mahluk sosisal tidak dapat
hidup tanpa orang lain dan lingkungannya. Sebagai mahluk ekonomi selalu berusaha
untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keinginan guna kelangsungan hidup. Tidak
terkecuali dengan penduduk atau masyarakat Kalimantan Tengah khususnya suku
Dayak yang mendiami wilayah yang masih alami dan tradisional yaitu wilayah
hutan, pedalaman atau pelosok.
Secara
umum kehidupan masyarakat suku Dayak Kalimantan tengah kehidupannya sama dengan
penduduk wilayah Indonesia lainnya yaitu bermata pencarian dalam bidang agraris
dimana mereka mengelola alam untuk dijadikan lahan pertanian seperti berkebun,berladang,berternak,perikanan
dan aktivitas lainnya.
Seiring
dengan perkembangan zaman kehidupan masyarakat Dayak Kalimantan tengah
mengalami perkembangan. Sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi falsafah Huma
Betang yaitu mengedepankan musyawarah mufakat, kesetaraan, kejujuran, kesetiaan,
sikap toleransi, semangat gotong-royong dan saling tolong menolong dalam
menjalani kehidupan.
Salah
satu kebiasaan yang turun-menurun dan tetap terjaga sampai sekarang adalah
“Manugal”. Manugal merupakan tradisi menanam padi atau palawija secara
tradisional dengan menggunakan kayu untuk membuat lubang di tanah yang setelah
itu ditaburi benih secara Bersama-sama.
Kegiatan Manugal
Kegiatan manugal dilakukan setahun sekali biasanya dilaksanakan pada kisaran bulan oktober-november kegiatan ini diikuti oleh anak-anak, orang-orang tua (pria maupun wanita) bahkan bisa pula dalam satu kampung ikut manugal Bersama. Biasanya ketika musim menanam padi telah tiba masyarakat Dayak saling berbondong-bondong, bahu-membahu dan bergiliran untuk menugal ke lahan teman sekampungnya sehingga membuat pekerjaan menanam padi atau palawija menjadi lebih cepat selesai. Biasanya kegiatan manugal dilakukan di pagi hari agar setelah siang dan matahari mulai terik pekerjaan sudah selesai.
Ada
beberapa hal yang unik dalam kegiatan manugal suku Dayak pedalaman Kalimantan
tengah dan sampai sekarang terus lestari yaitu sebelum para penugal masuk dan
memulai kegiatan, maka terlebih dahulu kepala suku atau pemilik ladang menaruh
segala benih dan keperluan manugal di tengah ladangnya, selanjutnya dia akan
memantrai atau mendoakan seluruh benih tersebut dengan memohon kepada sang
pencipta agar dapat tumbuh dan memberikan hasil yang baik bagi keluarga.
Setelah itu barulah seluruh panugal dapat memulai kegiatan manugal
Bersama-sama.
Ada dua peran aktif dalam kegiatan manugal yang dilaksanakan, yaitu yang pertama adalah “penugal”, mereka membuat kayu seperti tongkat yang dibuat lancip pada ujungnya seperti tombak dengan tujuan agar lebih mudah membuat lubang di tanah yang keras. Biasanya kegiatan manugal ini diambil alih oleh kaum pria karena mereka lebih kuat. Kemudian yang kedua “pembanih”, mereka ini adalah yang membawa biji benih padi atau palawija dan menaburkan biji benih tersebut kelubang yang dibuat atau ditugal oleh penugal secukupnya. Alasannya adalah wanita dianggap lebih teliti dan telaten dalam menabur serta mencari lubang bekas tugalan, jika mereka sudah selesai manugal dan membenih padi/palawija biasanya mereka akan berteriak menandakan kegiatan gotong-royong manugal atau menanam padi/palawija sudah selesai.
Setelah
itu sudah saat pulang dan berkumpul di rumah pemilik ladang untuk makan
Bersama. Selanjutnya acara dilanjutkan dengan berpesta (bersuka-ria) atau
bergendang karena kegiatan manugal selesai. Tentunya kegiatan semacam ini
adalah suatu budaya yang menarik dan harus selalu dijaga serta dipertahankan
karena menjadi kekayaan atau warisan budaya yang diturunkan ke anak-cucu,
selain itu kegiatan manugal merupakan simbol betapa kuat dan kompaknya
masyarakat Dayak Kalimantan tengah dalam bergotong-royong. Sebagai warga negara
manugal merupakan salah satu nilai kekayaan daerah yang tetap dan harus
dilestarikan karena merupakan salah satu nilai kearifan lokal bangsa.



Komentar
Posting Komentar